Skip to main content

Posts

Showing posts from 2010

I am not the expert

Saya bukanlah seorang ahli dalam segala hal... memasak sekalipun. Ketika tangan saya mulai meracik bumbu dapur pun dengan ilmu kiralogi yang 60% banyak melesetnya. Mengajar anak pun langkah saya masih terseok-seok dengan berkali-kali mencari referensi. Ketika beribadah pun saya masih harus terus menerus membuka-buka buku dan berburu ilmu lewat beberapa teman. Ketika tangan ini lincah melompat di atas key board bukannya sudah mahir tapi masih berusaha mengasah ketrampilan dan ilmu ala kadarnya yang saya peroleh otodidak. Ketika menyelesaikan tugas dengan program corel draw yang menurut saya sudah lumayan ok (karena saya kerjakan sepenuh hati dan lembur semalaman agar hasilnya tidak mengecewakan... he... he... he... sekali-sekali narsis ya. "I do my best") itu pun bukan usaha seringan menjentikan jari tapi modalnya sabar, belajar dan belajar lagi... . Ketika kita sudah merasa puas dengan apa yang kita punyai sekarang dan selalu merasa sudah capai ataupun merasa tidak mamp

Basa Basi

Suatu siang yang cukup terik dengan kondisi ruang kerja yang teramat panas, ah sangat tidak nyaman. Tambah lagi jam makan siang sudah menanti tapi kerjaan belum berkurang juga ... . Bu Nida rupanya memaksakan diri untuk menikmati suasana siang yang tidak bersahabat, ibadah... batinnya. Dari luar beberapa teman menyeruak masuk ke dalam kantor. Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan, yang sebenarnya belum tuntas juga diselesaikan. Sambil lalu ia menyapa bu Tika yang juga barusan masuk, "Sudah makan Bu?". "Koq tanyanya begitu Bu?" jawab bu Tika dengan nada yang tidak bisa dimengerti bu Nida. "Memangnya kenapa Bu? Ada yang salah?" jawab bu Nida. "Pertanyaannya aneh Bu, basa-basi Bu" ,tukas bu Tika. Basa basi? Sebegitu dangkalnyakah? Ketika silaturahmi dibentangkan dengan sapaan mesra sebagai bentuk perhatian seorang teman kemudian diterima dengan kata-kata basa basi... . Kenapa? What do you think about that? Ketika niat baik dipupus den

MEMELIHARA LISAN (LIDAH)

Seharusnya bagi setiap orang yang sudah mukallaf memelihara lidahnya dari setiap kata, kecuali kata atau ucapan yang jelas ada gunanya.Kapan ditemukan bahwa berkata-kata atau berdiam diri sama saja manfaatnya maka disunatkan untuk tidak berbicara.Sebab kadang-kadang ucapan yang mubah itu tidak dapat direm (distop), sampai melewati batasnya sehingga menjadi ucapan yang makruh atau haram. Allah berfirman: *Tiada suatu kata pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir ( Surat Qof (50) : ayat 18 ) *Sesungguhnya Tuhanmu benar-beanr mengawasi ( Surat Al Fajr (89) : ayat 14) Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. : *Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat maka hendaklah (bila berkata) berkata yang baik atau diam saja. ( Riwayat Bukhari dan Muslim ) Dari Abu Musa Al Asy'ari, ia berkata *Aku bertanya kepada Rasulullah saw., ? wahai Rasulullah, siapa diantara kaum muslimin yang paling afdhol?? Rasulullah bersabda (menjawa

Belajar Menjadi Dewasa

Kegagalan, konflik, kesedihan, ambisi, kekecewaan yang akhirnya tumpah ... . become tear maybe?! Lekat bagai bayangan, so what? Apakah setiap detik kita akan dipermainkan perasaan ... . yang terus berproses tak berkesudahan. Contoh kecil; Ngajar di sekolah seharian, Fulan tidak mengerjakan PR, Fulan bikin gaduh selama pelajaran, tugas administrasi sekolah menanti dead line ... . Logikanya LELAH LAHIR BATIN. Kasus berlanjut sampai di rumah jagoan-jagoan kecilku cukuplah jadi pengobat hati yang penat, sesaat... . Naluri seorang ibu memaksaku mengecek kewajibannya, "Sudah sholat?", "Belum Bun." Enteng sekali dengan santainya menikmati acara Kera Sakti, oh... sabar bunda ... tetap kucoba memaksanya beranjak dari sofa untuk segera berwudhu cukup dengan "tatapan mata tanpa ekspresi", Ya Alloh semoga cukup dengan cara ini bisa segera menghantarkannya untuk bersujud padaMU karena aku takut dengan cara lain ia akan terluka. It's work! Alhamdulillah... .

Doa di pagi hari

Sesaat mataku tertahan pada milis yang masuk ke e mailku har i ini dari seorang teman ... .  Ah betapa indah hari2 yang ku lewati jika semua terlantun doa untuk saudara2, teman2 bahkan rival kita mungkin ... . teruntuk teman, kerabat yang berada di sekelilingku semoga catatan ini bisa diambil hikmahnya... Pagi ini ketika aku melangkahkan kaki keluar rumah. Ya Allah, aku memohon bisa bahagia dengan orang-orang yang aku temui hari ini. Aku juga memohon bahwa mereka juga bahagia dengan keberadaanku. Semua kuserahkan pada-Mu, sehingga tidak perlu ada khawatir dan ketakutan. Karena aku yakin, setiap harinya akan selalu ada kejutan-kejutan indah untukku. Semoga aku dan orang-orang disekitarku dapat saling belajar dan saling memberi manfaat. Ya Allah, maafkan aku jika beberapa hari ini aku rapuh dan selalu mengeluh. Tapi mulai pagi ini, aku seharusnya bersyukur dengan semua nikmat yang tidak bisa aku hitung. Aku masih bisa bernafas, masih bisa berjalan, masih bisa ketik email ini. Mo

Arti Sebuah Nilai

     Artikel ini saya dapat dari seorang teman dunia maya ... belajar tentang kehidupan tidak selalu dari apa yang kita alami... mungkin banyak hal yang bisa kita ambil hikmahnya dari pengalaman orang lain ... Arti Sebuah Nilai Dearest Super Mom and Dad…. Semoga tulisan ini menjumpai Anda semua dalam limpahan Kasih Sayang dan Karunia-Nya sebagai bekal menjalankan peran-peran kehidupan, terutama peran sebagai orang tua. Setelah berakhirnya pembelajaran di semester I ini, Anda mendapatkan sederet angka-angka yang tertera dalam rapot sang buah hati. Biasanya jika nilai sang ank jelek, maka ada dua pensikapan yang ditampilkan orang tua. Yang pertama seperti kebakaran jenggot, seakan-akan masa depan sang anak akan suram dengan nilai itu, lalu dilanjutkan dengan sedikit bumbu “omelan dan hukuman”. Yang kedua santai saja seakan-akan tidak ada masalah dengan “nilai segitu”. Toh dalam kehidupan banyak orang sukses walaupun nilai rapotnya gak bagus. Nah loh..? Dearest Super parents…Nil

Paku

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah … Hari pertama anak itu telah melakukan 48 pake ke pagar setiap kali dia marah … Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memaku pake ke pagar. Ahirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah. Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahukan ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar. “Hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa