Skip to main content

Belajar Menjadi Dewasa

Kegagalan, konflik, kesedihan, ambisi, kekecewaan yang akhirnya tumpah ... . become tear maybe?!
Lekat bagai bayangan, so what? Apakah setiap detik kita akan dipermainkan perasaan ... . yang terus berproses tak berkesudahan.
Contoh kecil; Ngajar di sekolah seharian, Fulan tidak mengerjakan PR, Fulan bikin gaduh selama pelajaran, tugas administrasi sekolah menanti dead line ... . Logikanya LELAH LAHIR BATIN.
Kasus berlanjut sampai di rumah jagoan-jagoan kecilku cukuplah jadi pengobat hati yang penat, sesaat... .
Naluri seorang ibu memaksaku mengecek kewajibannya, "Sudah sholat?", "Belum Bun." Enteng sekali dengan santainya menikmati acara Kera Sakti, oh... sabar bunda ... tetap kucoba memaksanya beranjak dari sofa untuk segera berwudhu cukup dengan "tatapan mata tanpa ekspresi", Ya Alloh semoga cukup dengan cara ini bisa segera menghantarkannya untuk bersujud padaMU karena aku takut dengan cara lain ia akan terluka. It's work!
Alhamdulillah... .
Kutengok meja makanku, "Bu dalem tidak masak hari ini... adik ndak bisa di sambi!", sela Bude bengan lugunya. "Ya Bude,  nggak papa..." jawabku lemas, menjaga adik tetap sehat dan nyaman sudah lebih dari cukup buat saya Bude, batinku... .
Aku harus berpikir keras, makan apa nanti ... Insyaallah diberi kemudahan... .
Ayah dan jagoan satunya datang, memang dia sekolah sampai sore dan pulang sekalian dengan ayahnya sepulang kerja. Ada ide masak sembarang bahan di kulkas, untung Bude rajin ngisi kulkas walaupun tidak tiap hari kumanfaatkan, (terima kasih lagi untuk budeku untuk semua kesabaran, ketelatenannya ngurusin kami semua di rumah)...
Walaupun ngos-ngosan kusiapkan sayur dan tempe mendoan favorit suamiku, san segelas minuman hangat tentunya. Si kecil mulai merengek, sudah ngantuk rupanya... .
Tap-tap semua selesai, ayah dan 2 jagoanku makan dengan lahap, ah... keringatku tergantikan sudah... .
Adzan maghrib, mereka beranjak ke mesjid, tangisan si kecil mengajakku menemaninya tidur sambil kuraih Al Qur'an, lumayan kalau bisa sekalian membacanya ... .
Setelah pasukan mujahidku pulang dari masjid baru aku bisa mengadu pada Sang Khaliq dengan lelah yang berlipat-lipat, beban yang tidak mau kuhitung ... kukembalikan padaMu ya Rabb ...

Banyak lagi tugasku yang belum lagi sempat kutulis di sini, tapi satu yang ingin ku bagi ... .
Untuk semua pekerjaan, tugas yang menjadi tanggung jawab kita adalah tidak berbatas ... . Dan semua itu akan menjadi ringan dengan niat yang ikhlas, sabar dan ridho dengan semua hasil kita peroleh, keberhasilan, kegagalan  sebagai kesuksesan yang tertunda.
Kembalikan semuanya pada Alloh, batasan kita cuma fase proses sebagai upaya ikhtiar sebagai makhluk dengan hasil sebagai hak prerogatifNya walaupun Alloh akan melibatkan makhluk dan benda sebagai faktor x dari keberhasilan ataupun kegagalan usaha kita.
Ketika kita sukses tentunya tidak menjadi masalah, tapi saat kegagalan menerjang dan meluluh lantahkan ego kita faktor x inilah yang biasanya kita jadikan sasaran kekecewaan kita, ada yang terlupa?! Astaghfirullahaladzim... kenapa kita tidak kembalikan saja pada Alloh?! Kenapa kita lebih sibuk mencari kambing hitam bukan introspeksi diri... (Ya Alloh ini adalah peringatan untukku ... )
Ketika kita mengharap orang lain mengerti kita, mereka juga ingin dimengerti ... .
Saat kita ingin dihargai mereka juga butuh dihargai ... .
Saat kita yakin kalau kita benar, mereka juga tidak salah ... .
Waktu kita mempersalahkan mereka, apakah sudah sepenuhnya kita benar ?
Ketika kita bersikukuh menuntut hak kita, renungkan apakah kewajiban kita sudah selesai!
Saat kita merendahkan mereka dengan nada bicara kita, akankah kita ikhlas kita menerima perlakuan yang sama dari mereka?
Hati kita sama halnya hati orang-orang di sekeliling kita, suami, istri, orang tua, anak-anak, murid-murid, teman-teman, bahkan musuh kita pun sama berupa bongkahan daging dan darah.
Apa bedanya kita dengan mereka? bukan karena tua dan muda, atasan dan bawahan, kaya dan miskin, sarjana atau bukan, cuma kadar keimanan yang bisa membedakan kita dihadapanNya.
Semoga catatan ini bisa menjadi pengingat untukku, suamiku, orang tuaku, anak-anakku, saudara ku ... .
Cukuplah kita dan Alloh SWT dalam amalan keseharian kita,... Insyaallah bisa meminimalisir rasa kita yang sok-sokan... .
Maaf Ayah ndut, kuliah harianmu kutuangkan dalam tulisan ini, semoga bermanfaat ...
Jangan pernah bosan memahamiku walaupun aku telah berusaha untuk lebih memahamimu dengan semua kelebihan-kelebihanmu (he3... ) menutupi untuk kekuranganmu ... .
6 tahun perjalananku untuk menjadi dewasa, masih jauh dari kata cukup!!!
keep smile beib... .
untuk ayah, atha, amar, aldi n semuanya ... .

Comments

Popular posts from this blog

muhasabah

Dua minggu sudah, batuk ini tidak kunjung sembuh ... Sudah berobat ke dokter, obatnya pun sudah dihabiskan. masih kurang mantap lanjut pakai bekam dan moksa, masalahnya kondisi badan pun drop, demam tapi terasa dingin. Ini bentuk ujian lain yang harus dihadapi, heh... Minggu kedua, masih merasakan sakit yang sama, mungkin cara Alloh mengingatkanku untuk menjaga kesehatanku sendiri, lagi pula siapa juga yang mau menjaganya. Jujur, terlampau sering aku mendzolimi badanku sendiri, terlewat waktu makan, mencecar kerjaan yang memang tidak ada habisnya, ah... terlalu banyak alasan memang. Sudah seharusnya kita membahagiakan diri kita dengan hal yang sederhana sekalipun. Memperbanyak rasa syukur, memenuhi kebutuhan badan dan jiwa sesuai dengan porsinya, membuat simple goal yang bisa kita capai, banyak-banyak berpasrah diri pada-Nya... BAHAGIA adalah hak kita yang harus kita perjuangkan.................

Kangen

Hari ini judulnya kangeen semua ... . Mbah kakung sama Atha n Ammar...