Menjadi orang menyebalkan sebetulnya tidak enak, apa lagi bertemu dengan orang dengan sikap menyebalkan, pasti lebih tidak menyenangkan.
Menyebalkan sebetulnya adalah konotasi negatif relatif, maksudnya pendefinisiannya relatif bagi masing-masing individu, relatif timingnya, relatif penyebabnya. Kenapa harus beropini mengenai sikap menyebalkan? Sebatas mengingatkan diri sendiri dan orang-orang tercinta, adakalanya kita menjadi menyebalkan dan sangat membuat tidak nyaman orang-orang di sekeliling kita.
Hari yang indah seperti biasanya, karena senyum masih menghiasi hati dan mulutku. Beban berat merupakan ujian hidup yang berdatangan silih berganti dan tidak akan pernah bertanya,apakah kau siap menerimaku saat ini?. Masalah pun akan selalu menyapa kita setiap saat dari yang terberat sampai yang teringan, tinggal kita menyikapinya seperti apa? Menjadi beban berat atau menerima dan belajar dari kesalahan untuk memperbaiki kedepannya, parahnya menjadi pemicu sikap yang uncomfortable untuk orang lain.
Sample kecil, di rumah dengan kondisi fisik yang sangat capai dan kondisi rumah yang jauh dari nyaman membuat ayah gusar. dan keluarlah komentar singkat yang sangat cukup tidak nyaman buat saya kala itu, tapi untungnya saya dan ayah sama-sama menyadari kesalahan kecil yang berlarut-larut pasti tidak baik di akhirnya.
Sample lain,he he he...
Contoh lainnya, menyepelekan orang lain dari cara bicara, gesture, tatapan mata, hal-hal kecil yang kadang tidak kita sadari ternyata melecehkan orang lain, apa lagi dengan kata-kata ketus, tidak senonoh, dll. Kadang karena terlalu lekatnya dengan keseharian kita, kita pun tidak menyadari kalau membuat tidak nyaman orang-orang di sekitar kita. Hati-hati, jika orang-orang terdekat kita sudah mulai menjaga jarak dengan keberadaan kita, mungkin kita masuk kategori orang yang menyebalkan.
Sekali waktu, saya pun ambil peran
ayah-red), ya di komentari pedes saja, tapi ya tidak gualak-gakal, soalnya biasanya memang saya yang salah, tapi gengsi ngalah, he...he... he... dasar embok-embok, (=ibu-ibu bhs Banyumas, red), lain halnya dengan teman, tetangga, yang sudah adult, beda lagi caranya, walaupun tidak jauh beda. Teguran sebisa mungkin dengan cara yang baik, syukur-sukur tidak ada yang tahu. Baik ukurannya pun relatif, dimana bukan kita sebagai ukurannya, tapi (lawan bicara kita). Perasaan saya biasa saja kalau ngomong, tapi ternyata membuat teman saya jadi speechless, apalagi sakit hati.
Mari kita belajar menghargai diri kita sendiri dengan memperlakukan orang lain seperti perlakuan yang kita inginkan dari orang lain pada kita, keluar dari posisi nyaman dengan senyum sinis dan komentar


Ya Alloh
Lembutkan hati kami
menerima hidayahMu
lapangkan hati kami
belajar sabar tak berbatas
untuk meraih cintaMu
kuatkan hati kami
belajar ikhlas dan ridha
yang kadang terasa berat
dalam menerima setiap ujian
yang kerap menyapa
Comments
Post a Comment
ya