Skip to main content

On time vs terlambat

Akad atau perjanjian dan aturan yang telah berlaku wajib dijalankan sebagai bentuk amanah dari lembaga tempat kita bernaung. Jam kerja sebagai salah satu bentuknya, tanggung jawab secara lahir kepada atasan, rekan kerja, dan anak-anak serta pada lembaga itu sendiri. Hal itu pun nantinya perlu kita pertanggungjawabkan kepada Alloh, sebagai komitmen awal ketika masuk dalam dunia pendidikan dan perlu dikoreksi, sudah luruskah?

Ketika berangkat pagi dan on time, siapapun kita pastilah bisa merasakan nyaman dan nikmat di lingkungan kerja kita, beda halnya dengan ketika kita datang terlambat. Dari rumah tergesa-gesa, kemrungsung, pastinya ada rasa tidak enak hati (Alhamdulillah jika merasakan dan hati-hati jika sudah tidak terasa lagi...) sesampainya di kantor pun serba salah, ditegur ogah karena punya alasan kuat, dibiarkan dan keterusan malah tidak jelas.

Bisa dipahami tidak seorang pun lolos dari kata terlambat, sekalipun pimpinan atau bawahan yang memang pada saat itu mempunyai keperluan yang mendesak, ataupun terperangkap pada situasi dan kondisi yang mengharuskan terlambat. Terlambatpun menjadi sebuah kewajaran "sekali waktu", saya pun benar-benar memahami dan mencoba lebih memahami, tetapi keterlambatan yang menjadi rutinitas bukanlah menjadi hal yang wajar lagi. Alasan apapun untuk sebuah kata terlambat pasti akan selalu ada.

Salah satu alasan terbanyak, repot dengan anak di rumah. Sayapun mengalami hampir setiap hari, solusi terbaik adalah koreksi ulang manajemen di rumah kita, apapun alasannya solusi ada pada manajemen diri kita sendiri. Bukan aturan yang dikoreksi ulang karena aturan ada dan berjalan sebelum permasalahan kita muncul.

Hal terpenting untuk kita, perbanyak mengkoreksi diri bukan menuntut banyak hal dari orang lain untuk berubah, karena perubahan terbaik dan termudah berawal dari diri kita sendiri. Jangan beharap banyak pada orang lain untuk mengerti kita, tapi berusahalah untuk lebih memahami orang lain.

Comments

Popular posts from this blog

muhasabah

Dua minggu sudah, batuk ini tidak kunjung sembuh ... Sudah berobat ke dokter, obatnya pun sudah dihabiskan. masih kurang mantap lanjut pakai bekam dan moksa, masalahnya kondisi badan pun drop, demam tapi terasa dingin. Ini bentuk ujian lain yang harus dihadapi, heh... Minggu kedua, masih merasakan sakit yang sama, mungkin cara Alloh mengingatkanku untuk menjaga kesehatanku sendiri, lagi pula siapa juga yang mau menjaganya. Jujur, terlampau sering aku mendzolimi badanku sendiri, terlewat waktu makan, mencecar kerjaan yang memang tidak ada habisnya, ah... terlalu banyak alasan memang. Sudah seharusnya kita membahagiakan diri kita dengan hal yang sederhana sekalipun. Memperbanyak rasa syukur, memenuhi kebutuhan badan dan jiwa sesuai dengan porsinya, membuat simple goal yang bisa kita capai, banyak-banyak berpasrah diri pada-Nya... BAHAGIA adalah hak kita yang harus kita perjuangkan.................

Kangen

Hari ini judulnya kangeen semua ... . Mbah kakung sama Atha n Ammar...